[PORTAL-ISLAM.ID]  Bocah Wingi Sore (BWS) adalah sebuah peribahasa jawa yang artinya adalah anak kemarin sore, yang bermakna anak atau orang yang masih muda sehingga belum banyak pengalaman atau pengetahuan.

Terkait dengan aksi mahasiswa di kota-kota besar di seluruh Indonesia akhir-akhir ini, layakkah jika keluar ungkapan cibiran bagi gerakan aksi mereka dengan kata-kata: "Mahasiswa Bocah Wingi Sore?"

Cibiran ini tentu tidak pada tempatnya, karena menganggap bahwa mahasiswa itu anak kemarin sore yang masih muda yang belum banyak makan asam garam pengalaman dan pengetahuan.

Sangat disayangkan cibiran tersebut tersiarkan secara langsung melalui acara yang cukup favorit di salah satu stasiun televisi, sekelas ILC. Memang cibirin tersebut tidak secara implisit mengatakan kepada ketiga orang BEM yang hadir saat itu, tapi kesan dari paparan yang mewakili pemerintah dan DPR cenderung ke arah cibirin tersebut. Terucap ungkapan belum membaca keseluruhan isi RUU  sudah aksi lebih dulu.

Untung saja perwakilan mahasiswa yang tampil apik dan cerdas di ILC saat itu, saat diberi kesempatan berbicara lagi mereka tidak balik bertanya, bagaimana dengan pejabat negara yang sudah menandatangi surat keputusan tapi tidak dibaca dulu? Inilah potret generasi yang cerdas dan beradab yang masih memiliki rasa hormat dan menghargai forum seelit ILC.

Jika kondisi ingin segera kondusif, maka para elit politik atau pejabat yang berwenang jangan ada lagi yang menganggap bahwa mahasiswa adalah bocah wingi sore. Sangat disayangkan tindakan aparat dalam pengendalian aksi terkesan tidak terprogram malah tindakan represif yang dikedepankan. Rasanya patut diduga aparat di lapangan masih menganggap mahasiswa itu bocah wingi sore?

Ingat, mahasiswa bukanlah bocah wingi sore, tapi mereka adalah generasi muda melenial yang berintelektual dan memiliki karakter yang diharapkan bisa menjadi penerus kita dalam menegakkan kebenaran, keadilan yang berkemakmuran.

Penulis: Tardjono Abu Muas