Turki dan Saudi, Dalam Analogi Sederhana

Ada seorang pemuda sebut saja Turki, gaya hidupnya jauh daripada yang disebut taat meski kalau ditanya apa agamanya ia menjawab muslim. Segala maksiat dari yang kecil sampe yang besar ia lakuin. Berjudi, mabuk, zina, nyolong. Tampilan fisiknya pun kurang lebih rambut gondrong awut-awutan, pake anting telinga dan hidungnya, seluruh badannya penuh dengan tatto. Tentu saja, orang-orang pada eneg sama dia. Suatu hari gak sengaja dia dengerin ceramah agama dan tersentuhlah hatinya untuk bertobat. Singkat cerita ia mulai mengaji. Shalat mulai ia jalanin meski sering bolong. Pun maksiat mulai dia kurangi meski masih banyak yang dikerjain. Keluarganya bahagia dengan perubahannya demikian juga masyarakat yang selama ini terusik dengan keberadaannya. Sebagian komentar orang yang melihat pemuda ini shalat di masjid: "Walaupun tattoan, mabuk ia masih ingat shalat, masyaAllah."

Di tempat lain ada seorang tua sebut saja Saudi yang terkenal di masyarakat dengan keshalihannya. Ilmu agamanya luas, ibadahnya kuat, dan amalnya banyak. Entah kenapa orang tua nan shalih ini tetiba ingin melakukan maksiat. Ia kunjungi karaoke dan ikut menyanyi di sana duet dengan biduannya. Sesekali ia nongkrong di pinggir jalan sambil main kartu. Ia masih menjaga shalatnya dan tetap beramal. Akhirnya lelaki tua itu menjadi gunjingan masyarakat: "Orang alim kok mainnya kartu ama karaokean, astaghfirullahal 'azhim kebangetan banget."

Saudi tentu saja dalam urusan keislaman jauuuh lebih baik daripada Turki. Tapi mengapa Saudi banyak dihujat apalagi dengan beberapa kejadian terakhir seperti adanya konser musik di sana. Kurang lebih seperti di atas alasannya.

Semoga paham...di sini ane gak membicarakan tentang adil dan tidak adil. Tetapi demikianlah sebagian besar watak manusia dalam menilai sesuatu. Jadi gak usah kagetlah.

Semoga Allah menyatukan kaum muslimin di dalam ketaatan kepadaNya.

(Cak Ihsanul Faruqi)