CINA, IBU DARI BANYAK VIRUS

Coronavirus menggemparkan dunia, virus yang bermula dari Wuhan, Cina, ini sudah menyebar, bahkan beberapa kasus telah terjadi di luar negeri, membuat orang-orang bergidik ngeri.

Tapi tahukah kita, jika kita runut beberapa dekade ke belakang, kita akan tahu bahwa Cina, selalu menjadi ground zero, titik awal penyebaran virus-virus mengerikan yang pernah ada.

Pada tahun 2002, ada virus yang namanya Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) menginfeksi lebih dari 8.000 orang dengan 774 di antaranya meninggal dunia. Dari mana ia berasal? Dari Guangdong. Yap, itu di Cina.

Maju sedikit ke tahun 2003, ada virus Flu Fujian yang merupakan perkembangan dari virus H5N1 dan H3N2, ini juga dari Cina.

Satu dekade kemudian di tahun 2013 juga ada virus H7N9, atau Avian influenza yang berasal dari Avian. Masih di Cina.

Mundur agak jauh ke tahun 1968, ada virus H3N2 yang titik penyebarannya dimulai di Hongkong, meski orang Hongkong gak mau diatur Cina, tetep kan ya ini Cina juga.

Mundur lagi di tahun 1956, ada Flu Asia dengan kode virus H2N2 yang berasal dari Guizho. Dimana itu? Masih empat huruf yang sama. C-I-N-A.

Kenapa selalu Cina? Eit, bukan rasis dan justis. Saya tidak punya masalah dengan orang Cina, saya termasuk suka kok nonton film-film Cina, like Jackie Chan dan Jet Lee. IP man juga suka.

Coba kita simak dari ahlinya, menurut Prof.Mark Woolhouse, pakar epidemiologi dari University of Edinburg, sebagaimana lansiran BBC, ada dua alasan Cina jadi pusat penyebaran virus.

Pertama, padatnya penduduk Cina dengan milyaran manusia yang hidup berdesak-desakan. Istilah kita mungkin, 'berebut tempat dan nafas'.

Kedua, rendahnya kebersihan orang-orang Cina dan tingginya kontak mereka dengan hewan. Seperti unggas ayam, bebek hingga babi yang tidak jarang mereka kandangkan berdampingan dengan tempat tinggal mereka. Hewan-hewan tersebut menjadi jembatan utama penyebaran virus kepada manusia.

Kejorokan, atau bahasa keratonnya 'kekemprohan' orang Cina di sana. Menurut catatan Trinity dalam Naked Traveller yang pernah saya baca, mereka itu kalau eek (BAB) di sembarang tempat, bahkan di tempat umum. Dan setelah kelar, dibiarkan begitu saja, tidak ditimbun. Di toilet umum itu juga berlaku, ada peraturan tidak tertulis, "yang nyiram eek, adalah pengguna selanjutnya." Edan teu?

Si Prof sampai bilang, "tidak heran virus datang dari sono".

Mari jaga kebersihan lingkungan, badan, dan perasaan. Meski mandi cuma sekali, pastikan tetap taklim dan ngaji. Eh!

Allahul Musta'an.

(By Fadjar Jaganegara)

*Gbr atas: pasien flu Asia, yang memakan korban hingga 14.000 jiwa.